Selasa, Agustus 24, 2010

Senjata Perampok CIMB Niaga Medan dari Eks GAM

JAKARTA - Pemerintah terus menelusuri asal-usul persenjataan yang digunakan dalam perampokan yang marak akhir-akhir ini. Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menduga senjata tersebut berasal dari sisa-sisa konflik Aceh.

Dia menyatakan, dalam perjanjian Helsinki terdapat kesepakatan pengumpulan senjata eks GAM. Namun, dia mendapat laporan bahwa belum semua senjata dapat dikumpulkan. ''Jadi, itu yang sekarang kami minta klarifikasi. Dihitung lagi dulu jumlahnya berapa, yang sudah terkumpul berapa, yang masih beredar berapa, dan di mana saja. Itu yang penting,'' katanya di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin (24/8).

Purnomo memastikan senjata perampok tidak berasal dari TNI. ''Di gudang-gudang tidak ada dan itu bukan pegangan TNI. Sebab, itu AK-47,'' ujar Purnomo. Saat ini, TNI tidak menggunakan senjata buatan Rusia tersebut.

Dia mengungkapkan, TNI sekarang tengah berada dalam peralihan penggunaan senjata jenis M-16 ke SS-1 dan SS-2. ''Jadi, sangat ketahuan SS-1 dan SS-2 dipegang personel kita,'' kata mantan menteri energi dan sumber daya mineral itu.

Dia menyatakan, selain sisa konflik Aceh, kemungkinan lain adalah dari penyelundupan. Dia menambahkan, selain TNI dan Polri yang berhak memegang senjata, berdasar undang-undang, memang ada organisasi lain yang juga berhak. ''Saya tidak katakan yang mana. Saya tahu ada beberapa organisasi yang bisa menggunakan sejata,'' jelasnya.

Panglima TNI Djoko Santoso juga menegaskan bahwa tak ada senjata api milik TNI yang digunakan para perampok. ''Jadi, dari hasil penelitian, senjata itu sampai saat ini bukan senjata TNI,'' tegasnya. Dia menyatakan, penertiban senjata api harus dilakukan bersama-sama dengan kepolisian.

Menko Polhukam Djoko Suyanto juga menegaskan bahwa kepolisian akan terus mengusut dan mengejar jaringan kejahatan perampokan. ''Pengejaran akan dilaksanakan sangat serius. Di beberapa tempat sudah ada. Kita tunggu saja, antisipasi dengan gerakan-gerakan menangkap pelaku-pelaku itu segera dilaksanakan,'' ujarnya.

Secara terpisah, pihak Mabes Polri mengatakan, peredaran senjata gelap masih susah dibendung. Meski begitu, aparat kini fokus merazia senjata dan mendata ulang senjata api yang beredar di masyarakat.

''Peredaran senjata api saat ini memang memprihatinkan. Namun, jumlah senjata api yang beredar saat ini, kami tidak tahu. Ini kelemahan kita semua,'' ujar Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Iskandar Hasan.

Mantan Kapolda Bangka Belitung itu menuturkan bahwa peredaran senjata api saat ini sulit dilacak. Tidak sedikit senjata api ilegal masuk melalui daerah yang minim pengawasan polisi. Misalnya, daerah perairan yang kerap digunakan sebagai lokasi untuk menyelundupkan senjata api.

''Kita memiliki daerah perairan yang sangat luas dan sulit dikontrol. Semua pantai tidak terpantau semua. Mereka (penyelundup) masih memiliki celah, meskipun kita sudah membangun pos keamanan di beberapa pantai,'' katanya.

Perampok di Medan dan beberapa wilayah lainnya menggunakan senjata api genggam dan juga laras panjang. Di Medan, misalnya, mereka menggunakan senpi FN, AK-47 dan AK-56. Senjata itu diduga mudah beredar di pasar gelap.

Dalam beberapa kasus kriminal yang berhasil dibongkar polisi, biasanya tersangka mengakui senjatanya berasal dari ''orang dalam''. Misalnya, dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Eksekutor Nasrudin, Daniel mengaku bahwa revolver Colt-38-nya didapat dari anggota Brimob dan anggota TNI-AL. Senjata itu ternyata tidak teregistrasi karena ditemukan saat tsunami Aceh, diperbaiki, lalu dijual ulang. (sumber : jawa pos)

Tidak ada komentar: